Menjadi Pemimpin yang Tangkas Secara Teknis

Tulisan ini saya buat setelah saya menjalani wirausaha selama 10 tahun jadi bukan sekadar kata-kata kosong yang sebenarnya saya gak melakukannya. Saya sendiri tidak menjadi seorang wirausaha level usaha mikro karena saya kepengen. Saya tidak pernah sedikitpun bercita-cita wirausaha ketika saya kecil bahkan sampai saya jadi guru. Awalnya sok-sokan akhirnya ya lumayan jago lah. Untuk level usaha mikro loh ya. Tolong digarisbawahi dulu nih. Saya cuma mengkoordinir 11 karyawan, 12an vendor rekanan, puluhan klien setiap bulannya. Jadi gak banyak ya. Namun sesuai prinsip: setialah pada perkara kecil maka bisa terujilah saya ini untuk perkara besar di masa depan.

Ada 4 perkara yang pemimpin usaha mikro butuh kesetiaan dan kerajinan untuk melakukannya berulang-ulang setiap hari dan bisa jadi hasilnya pun mengkhianati usaha. Apakah kalau sudah menjalani ke-4 hal ini maka usaha kita akan sukses? Tergantung definisi sukses Anda sih. Kalau memang definisi sukses adalah dari wirausaha ini bisa punya rumah sendiri, punya mobil, dan bisa liburan ke luar negeri, saran saya segera batalkan niat lugu berwirausaha. Cukup cari mertua kaya dengan sedikit anak dan bertahanlah bekerja di perusahaan multinasional. Ntab.

Kebanyakan skala wirausaha akan jatuh di level mikro atau level usaha kecil atau malah lebih nyungsep lagi ke level nano. Tentu selalu ada yang akan menanggapi dengan ambil sampel terbatas karena lemah di Statistika sederhana: Ah kalau si Anu usahanya langsung besarr, kalau si Ono baru beberapa tahun sudah luar biasa. Ya bagai puncak Gunung Gede yang bisa kita lihat dari Jakarta kalau langit cerah. Cuma seujung-ujung kuku. Aslinya mah banyak yang gak sampai puncak. Bisa sampai Puncak Pass juga sudah syukur sangking peliknya sistem lalu lintas ganjil genap. Apakah terus orang-orang yang berwirausaha tidak sampai puncak itu artinya tidak berusaha keras? Gak juga sih. Memang rejekinya cuma sampai foto-foto di Kebun Raya Cibodas saja. Baiklah mari kita mulai

Tangkas Pengelolaan Keuangan

Mau usaha gilang gemilang bagaimanapun selalu ada musim kemaraunya. Jadi pilar pertama keuangan harus kuat. Saya dulu tidak suka urus keuangan. Balik ke cerita awal, saya kan merasa wirausaha ini terpaksa, jadi cuma mau urus penjualan dan pemasaran saja. Sayangnya urusan KEUANGAN ini lah yang bikin usaha kita bertahan ketika segala daya upaya penjualan dan pemasaran tetap mati angin. Saya lemah di angka tapi balik lagi ke soal setia kepada perkara kecil, walaupun uang yang diurusi cuma jutaan, saya benar-benar berusaha mempelajai hal sederhana: membuat budget sebelum belanja kebutuhan, mencatat semua pengeluaran supaya bisa tahu mana biaya yang bisa dipangkas, dan tentu saja mencatat semua penjualan. Apakah saya sendiri yang mengerjakan? Tentu saja ada tim kerja. Namun saya tidak mempercayakan pasrah begitu saja ke tim kerja. Sesekali saya ambil secara acak memeriksa apakah memang semua sudah tercatat dengan benar.
Keuangan yang jelas transparan membuat saya bisa mengambil keputusan secara realistis. Apalagi mengingat sebenarnya jiwa saya adalah pemasaran, seringkali budget iklan sudah ambisi setinggi langit, sementara dana yang ada cuma setinggi plafon kontrakan.

Tangkas Pengelolaan Manusia

Saya sih merasa unggul dalam hal ini karena secara konsisten saya memilih menjadi pemimpin yang melayani makanya dari 2019 saya secara konsisten menerapkan KETEK ASEM : kerja tenang karena asertif dan empati. Padahal saya sebenarnya orangnya penyendiri dan enggan beramah-tamah panjang lebar.. Namun menjadi pimpinan yang rendah hati mendengarkan kebutuhan karyawan membuat saya di titik mengeluarkan jurus kemampuan saya yang selama wirausaha saya simpan: menyusun kurikulum. Dari keterampilan saya menyusun kurikulum ini lah yang saya terapkan untuk membuat Indikator Kinerja Utama. Hal ini dibuat semata-mata karena ada pekerja yang kerja jarak jauh atau sayanya yang gak selalu bisa mantau ngejogrog mandorin. Adanya Indikator Kinerja Utama ini membuat semuanya bisa terukur dan teruji. Si A merasa pekerjaannya sudah benar, si B merasa pekerjaan A belum optimal. Ya sudah tinggal lihat I.K.U ini dan berapa skor yang diperoleh. Jadi si A tahu apa aspek yang perlu dibenahi, si B bisa lihat dengan jelas apa daftar penilaian untuk kinerja A. Tentu harapan saya I.K.U ini juga bisa diterapkan ke saya sehingga saya bisa dinilai juga oleh tim kerja saya secara transparan.

Mengapa saya bisa percaya diri bahwa saya akan dinilai secara apa adanya? Ya saya selama ini bersikukuh dengan budaya kerja KETEK ASEM itu semata-mata karena saya ingin menciptakan lingkungan yang secara psikologis aman sekalipun alat pemadam kebakaran terbatas. Ha ha ha.

Tangkas Pengelolaan Riset & Pengembangan

Sekalipun sebenarnya saya suka segala hal yang berurusan dengan riset dan pengembangan, untuk wirausaha yang saya pegang ini saya suka mengalami kebuntuan loh kudu gimana. Tentu saja saya tidak bisa sekonyong-konyong menyerahkan urusan ini ke tim kerja. Mereka bisa memberi dukungan tapi inisiatif ya kudu dari pemimpin. Di situ lah fungsinya seorang pemimpin. Bersedia menjadi pemantik.

Tangkas Pengelolaan Penjualan & Pemasaran

Hanya karena saya merasa punya keahlian di sini, bukan berarti saya bisa jumawa bahwa usaha saya cukup mengandalkan kemahiran dalam pemasaran dan penjualan. Pada kenyataannya paska pandemi, daya beli luar biasa melemah. Strategi di keuanganlah yang membuat usaha masih bisa bertahan. Saya saat ini punya tim media untuk buat video maupun gambar promosi. Juga ada penerapan iklan di Google atau media sosial. Semua kami ukur. Sudah unggul tapi toh ya berulang kali belum memenuhi target kami untuk hidup berlimpah.

Kesimpulan

Ke-4 hal ketangkasan teknis ini bukan kunci sukses keberhasilan karena wirausaha adalah sebuah kegiatan yang mana hasil dapat mengkhianati segala daya upaya tetes air mata yang sudah ditumpahkan. Namun ketika sudah mempelajari, mengupayakan, dan terus menerus melatih diri untuk terampil di ke-4 bidang ini, kamu tahu dalam pertandingan maraton urusan kewirausahaan, kamu sudah berusaha sebaik-baiknya dan sekuat-kuatnya.

 

POST A COMMENT