Tulisan ini saya buat setelah saya menjalani wirausaha selama 10 tahun jadi bukan sekadar kata-kata kosong yang sebenarnya saya gak melakukannya. Saya sendiri tidak menjadi seorang wirausaha level usaha mikro karena saya kepengen. Saya tidak pernah sedikitpun bercita-cita wirausaha ketika saya kecil bahkan sampai saya jadi guru. Awalnya sok-sokan akhirnya ya lumayan jago lah. Untuk level usaha mikro loh ya. Tolong digarisbawahi dulu nih. Saya cuma mengkoordinir 11 karyawan, 12an vendor rekanan, puluhan klien setiap bulannya. Jadi gak banyak ya. Namun sesuai prinsip: setialah pada perkara kecil maka bisa terujilah saya ini untuk perkara besar di masa depan. Ada 4 perkara yang pemimpin usaha mikro butuh kesetiaan dan kerajinan untuk melakukannya berulang-ulang setiap hari dan bisa jadi hasilnya pun mengkhianati usaha. Apakah kalau sudah menjalani ke-4 hal ini maka usaha kita akan sukses? Tergantung definisi sukses Anda sih. Kalau memang definisi

Menghitung story points dari durasi jam selalu beresiko terjadi korupsi waktu alias dilambat-lambatkan. Biasa dikenal dengan sebutan Parkinson's Law. Memang di zaman product management sebelum Agile metode dulu akurasi dan predictability itu sesuatu yang bagus. On time, on budget itu adalah bola yang disasar. Nah pas kita sudah mencoba masuk ke Agile dan emang benar-benar mampu menerapkan value-valuenya maka di otak kita itu adalah memaksimalkan value dari product yang sedang kita kembangkan. Tentunya pengembangan produk di Agile sifatnya berkelanjutan jadi tidak ada target waktu, yang ada adalah terus menerus meningkatkan value.  Tentunya di awal-awal penerapan Agile wajar ditemukan kondisi “Oh ternyata estimasinya salah, wah ngerjain lebih cepet, waduh jadi ada waktu kosong nih" Kondisi ini sebenarnya bisa untuk mengerjakan sprint berikutnya, tugas berikutnya ditarik untuk dikerjakan karena toh tugas tersebut memang sudah didetailkan oleh Product Owner. Jadi mindsetnya udah berubah soal thrive