Seminar “How to Rock at Workplace: For Millennials Only”

Tanggal 12 September ini, AgileCampus.org dapat kesempatan untuk mengadakan sesuatu yang baru: seminar dengan topik psikologi!

Nah, kebetulan punya temen anak psikologi, @auliafairuz. Selain biasa jadi pembicara, @auliafairuz juga social media handler di Mobile Agency yang cukup terkenal di Indonesia. Jadi cukup terbiasa di dunia IT.

Alhasil timbul-lah ide untuk memberikan seminar persiapan awal karir, ke bekas-bekas trainee-trainee Scrum ku yang fresh-grad. Kesiapan early-employee kan cukup berpengaruh dengan kebahagiaan dan produktifitas organisasi—faktor penting yang juga jadi domainnya agile coach.

And turned out…

It went well! Nampaknya seminar ini layak jadi satu paket speaking gig, yang bisa ditawarkan ke pihak-pihak yang membutuhkan.

Yeah, as an agile organization, experimentation is embedded in our DNA! B-)

Anyway, here’s the brief report.

“How to Rock at Workplace: For Millennials Only”

 

12 Sept 2015 Featured Image

Foto bersama pasca-seminar

 

Yup. Tajuk besarnya adalah Millennials & workplace. Sebenarnya sudah banyak dibahas media-media online Indonesia. Tapi kalau seminar yang 100% dari Millennials, saya belum dengar kecuali ini.

Pembukaan

Setelah saling berkenalan dengan pemberi seminar @auliafairuz, sebelum slide pertama dimulai, peserta diminta untuk mencurahkan segala unek-unek karirnya. Ditulis di post-it, lalu ditempel di dinding.

No surprise. Mereka menyebutkan unek-unek seputar dua hal ini:

  • Antara arahan dan petuah orang tua (juga selera calon mertua) dan keinginan pribadi tentang karir
  • Pekerjaan impian mereka tidak terlalu banyak yang butuh fresh-grad

Post - It 12 Sept 2015

 Post-It unek-unek mereka tertempel di dinding

 

Seminar lalu dibuka dengan elaborasi kondisi yang sama-sama kita Millennials rasakan. Agar terlihat kalau kita berada di halaman yang sama.

  • Premis 1: Generasi Baby Boomers, Gen X, & Millenials memiliki perbedaan karakter yang cukup signifikan.
  • Premis 2: Ini fenomena baru. Millenials tertua, yang lahir di akhir 80-an & awal 90-an, baru sekarang memasuki dunia karir.
  • Premis 3: Hanya Millennials yang paling mengerti Millennials.
  • Kesimpulan: Millenials butuh nasihat awal karir yang lebih representatif dibanding apa yang orang tua mereka (Gen X atau Baby Boomers) berikan.

And here we are, providing that! Setelah seluruh peserta seminar sepakat dengan pernyataan masalah yang sama, barulah tajuk besarnya dibuka. Lalu dijelaskan pula outline umum seminar ini:

  1. You and You,
  2. You and Co-workers,
  3. You and Your Boss.

Kalau kata @auliafairuz, “Kita di sini buat kamu. Semua yang kita omongin cuma tentang kamu!”. Yeah, we are the narcissist generation. 😉

Self-Aware & Proactive

Sesi paling menarik menurut saya adalah sesi pertama. Tentu karena aktivitas untuk peserta. Waktu kami singkat, jadi @auliafairuz hanya bisa menaruh aktivitas peserta di sesi pertama.

Karena sesinya berjudul “You and You”, dia dibuka dengan kutipan tulisan keren Julie Zhou, manager produknya Facebook,

“Kuncinya adalah sadar-diri dan proaktif”. Ya, dia percaya, hanya dua kualitas diri itulah yang dicari oleh perusahaan sebesar Facebook dan Google.

Kemampuan teknis? Umm.. perusahaan-perusahaan besar itu akan sabar menunggu kamu belajar. Mereka bahkan bisa memfasilitasi kamu belajar dengan semua tenaga ahli yang ada di sana. Sifat sadar-diri dan proaktif? Wah, mereka nggak sesabar itu. Karena memang butuh waktu, untuk memupuk sifat Self-Aware & Productive sampai mendarah daging.

Fokus di Superpower, Alih-alih Kelemahan

Untungnya, @auliafairuz mulai mengajarkan salah satu caranya, agar mereka bisa mulai memupuk sifat sadar-diri & proaktif dari sekarang. Pertama, mereka diberi tugas untuk menemukan superpower masing-masing.

“Lebih mudah memperkuat superpower, daripada menutup kelemahan. Fokus pada apa yang BISA kamu lakukan. Kelamahanmu? Cari orang lain yang mampu melakukannya! Biarkan rekanmu yang menutup kelemahan mu. Kolaborasi!” Kolaborasi memang ciri khas Millennials. Lebih lanjutnya dibahas di sesi berikutnya.

@auliafairuz juga bercerita kalau kebanyakan orang Indonesia sulit menceritakan kelebihan mereka di interview. Entah sulit, entah malu-malu.

Karena itu, para peserta seminar diajarkan sedikit konsep MBTI. Mereka diminta untuk memilih preferensi MBTI masing-masing. Lalu dibagikan kartu yang berisi superpower dari masing-masing tipe MBTI. Mereka dibolehkan mencari inspirasi superpower mereka dari kartu tersebut, boleh juga membuat sendiri. Superpower yang sudah mereka pilih, wajib dituliskan ke post-it berwarna oranye.

Sadar-diri memang tidak hanya tentang superpower masing-masing. Tapi, dengan mulai dari superpower, kita jadi mendapatkan rasa percaya diri yang tinggi. Yang penting sekali untuk langkah selanjutnya, yaitu: proaktif.

Setelah Self-Aware Superpower, Proaktif-lah!

Dugaan anda benar. Peserta diarahkan untuk menulis action plan mereka satu bulan ke depan. Syarat action plan-nya cuma dua: cukup simpel untuk mereka kerjakan, dan berhubungan erat dengan superpower yang sudah mereka tulis di post-it oranye.

Sederhana bukan? Sadar-diri & proaktif. Kalau kamu lakukan setiap bulan selama 3 tahun, jangan-jangan sudah bisa masuk Facebook dan Google kamu. 😉

 

 

Rizky Syaiful.

 

 

I was part of Agile Campus. Now focusing on something else outside of agile space.

POST A COMMENT