3 Alasan Bagus Pakai “Analogi Kapal” untuk Menjelaskan Agile

Artikel ini adalah lanjutan dari Analogi Kapal: Cara Termudah Menjelaskan “Apa Itu Agile?”

Apa itu “Analogi Kapal” dan beberapa terminologi di artikel ini dijelaskan di artikel tersebut.

Analogi Kapal Bagus Karena Tiga Alasan Berikut:

1. Menempatkan ‘Agile’ di Tempat yang Tepat

Saya sering bertemu dengan orang yang yakin semua pengembangan software harus Agile — lagi-lagi mungkin karena definisi ‘Agile’ dia berbeda dengan saya.

Fanboy seperti mereka biasanya akan sulit menjelaskan definisi Agile ke orang-orang yang konvensional. Karena biasanya mereka akan terdengar menyerang.

Padahal faktanya, ‘Agile’ itu merujuk ke ‘praktik-praktik Agile’. Yang mana Scrum, Kanban, dll adalah bungkusan praktik-praktik kerja. Praktik-praktik tersebut hanyalah sekumpulan senjata yang pas di suatu kondisi — namun kurang pas di kondisi lain. Berikut kondisi-kondisi saat praktik-praktik utama Agile jadi kurang pas di sebuah pengembangan software:

Setelah Product-Market Fit

Software yang sudah melewati masa eksplorasi, lalu cukup matang untuk rutin digunakan pengguna tanpa banyak komplain (biasa disebut product-market fit), tidak terlalu butuh fitur baru setiap minggu. Tidak percaya? Silahkan baca release note aplikasi-aplikasi yang kita pakai sehari-hari di Playstore / Appstore. Mayoritas adalah bugfix & optimasi kode atau UI/UX. Atau coba ingat-ingat, kapan terakhir kali Anda bilang ‘wow’ terhadap fitur baru Facebook?

Kecuali software tersebut memutuskan melakukan perubahan radikal — padahal sudah di posisi product-market fit — maka pengembangan software umumnya masuk ke dalam mode operasional. Atau sebut saja, mode Kapal Ferry.

Kurva siklus hidup produk (yang sukses). Selain ‘Sales’, garis Y bisa juga dianggap sebagai jumlah pengguna.

Pengembangan Software yang ‘Unik’

Tidak semua pengembangan software adalah Kapal Pencari Harta Karun, beberapa adalah Kapal Ferry — dari awal sampai akhir. Contoh:

  • Proyek kloning (meniru persis fungsionalitas aplikasi lain)
  • Proyek data level-enterprise (baca di bagian bawah artikel ini)

2. Menjelaskan Kenapa Kapten & Kru Kapal Ferry Bagus Juga untuk Ikut Belajar ‘Agile’.

Lho lho? Kenapa semuanya jadi harus belajar ‘Agile’? Bukan kah tadi dibilang cocoknya Waterfall?

Mereka perlu ikut belajar, karena pekerjaan-pekerjaan di Kapal Ferry akan terbantu oleh beberapa praktik manajerial yang sebenarnya netral, namun kebetulan dipopulerkan oleh bingkai kerja Agile: visualisasi status pekerjaan, daily meeting, target mingguan, & retrospektif tim.

Dengannya, sebuah Kapal Ferry bisa mengantar penumpang dengan lebih cepat. Sebagaimana Kapal Pencari Harta Karun yang harus berjalan cepat agar bisa segera menemukan harta karun sebelum kehabisan stok makanan.

3. Mengingatkan yang Sering Dilupakan: Pentingnya Kompensasi Jangka Panjang untuk Kru Kapal Pencari Harta Karun

Saya sering melihat pekerja & manajer di Kapal Pencari Harta Karun (alias pra product-market fit) yang hanya dapat gaji.

Ketika seseorang memutuskan berkerja di sebuah startup (baca: tim yang sedang di mode Kapal Pencari Harta Karun), berarti dia sedang mempertaruhkan riwayat karirnya.

Kenapa? Karena peluangnya tempat kerjanya bangkrut di masa depan itu sangat besar ( 90% startup gagal ). Dia harus cari kerja lagi, membangun trust lagi. Ini yang paling sedih: bersaing dengan pencari kerja lain yang masih fresh, ahli menggunakan teknologi-teknologi baru, dan mau dibayar murah.

Kalau cuma dapat gaji, lebih baik jadi PNS. Kalau cuma dapat gaji besar, lebih baik jadi pegawai perusahaan swasta yang sudah product-market fit sejak 30 tahun lalu. Kalau cuma kesempatan belajar, di pemerintahan & swasta juga dapat — tidak harus di startup.

Solusinya? Saham. Tidak mesti banyak, yang penting cukup untuk menimbulkan perasaan, “Hey, saya dulu ikut membangun ini lho sampai sukses. Buktinya saya punya X% dari PT. ABC.” (Berapa besarnya? Berikut bahasan di Quora)

Itu kalau opsi saham memungkinkan, kalau tidak? (Contoh: di sebuah tim inovasi-nya BUMN). Ganjar dengan career capital. Beri kenaikan jabatan atau buat divisi baru, untuk anggota tim yang berhasil berinovasi di perusahaan.

Benang merahnya:

Bagi Kru Kapal Pencari Harta Karun yang sudah berkorban & bertaruh lebih di keberhasilan sebuah ‘eksplorasi’, gaji besar saja tidak cukup. Berikan sesuatu yang bisa dimiliki — atau setidaknya memiliki efek jangka panjang.

Sekian.

Silahkan gunakan ilustrasi berikut.

 

Semoga Anda dan seluruh orang di organisasi Anda bisa paham praktik-pratik ketangkasan (baca: Agile), lalu memaksimalkan manfaatnya.

NB: Terima kasih banyak pada Vivi, Mufid, & Ramot atas sesi brainstorm yang mematangkan ide ini. Analogi Kapal ini sebenarnya adalah bungkus dari konsep Complex & Complicated-nya Cynefin. Tujuannya agar lebih mudah dicerna orang Indonesia. Silahkan pelajari Cynefin lebih lanjut. Pencipta Scrum sendiri bilang di Scrum Guide bahwa Scrum cocok untuk masalah Complex (Kapal Pemcari Harta Karun), bukan Complicated (Kapal Ferry).

I was part of Agile Campus. Now focusing on something else outside of agile space.

POST A COMMENT