Artikel ini adalah lanjutan dari Analogi Kapal: Cara Termudah Menjelaskan "Apa Itu Agile?" Apa itu "Analogi Kapal" dan beberapa terminologi di artikel ini dijelaskan di artikel tersebut. Analogi Kapal Bagus Karena Tiga Alasan Berikut: 1. Menempatkan 'Agile' di Tempat yang Tepat Saya sering bertemu dengan orang yang yakin semua pengembangan software harus Agile — lagi-lagi mungkin karena definisi 'Agile' dia berbeda dengan saya. Fanboy seperti mereka biasanya akan sulit menjelaskan definisi Agile ke orang-orang yang konvensional. Karena biasanya mereka akan terdengar menyerang. Padahal faktanya, 'Agile' itu merujuk ke 'praktik-praktik Agile'. Yang mana Scrum, Kanban, dll adalah bungkusan praktik-praktik kerja. Praktik-praktik tersebut hanyalah sekumpulan senjata yang pas di suatu kondisi — namun kurang pas di kondisi lain. Berikut kondisi-kondisi saat praktik-praktik utama Agile jadi kurang pas di sebuah pengembangan software: Setelah Product-Market Fit Software yang sudah melewati masa eksplorasi, lalu cukup matang untuk rutin digunakan pengguna tanpa banyak komplain (biasa

"Agile", sebuah kata abstrak multi-tafsir yang bisa menimbulkan pertentangan di sebuah organisasi. Kalau definisinya saja orang-orang masih belum sepakat, bagaimana bisa jalan? Bankwest di Australia sampai mengumpulkan seluruh pimpinan (20-an orang) di satu ruangan, dan dilarang bubar sampai sepakat akan 'Agile' versi mereka. Mudah-mudahan setelah membaca tulisan ini, Anda tidak lagi bingung. Bahkan Anda bisa dengan mudah mengajarkan definisi Agile ke orang lain. Syarat pertama adalah memahami dulu, bahwa hanya ada dua jenis mode pekerjaan di bawah kolong langit ini. Pekerjaan Kapal Ferry Kita semua tahu, sebuah Kapal Ferry ditugaskan pemiliknya untuk mengantarkan penumpang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain. Seperti kereta api, jadwalnya juga sudah jelas. Di tengah jalan mungkin saja ada masalah. Mungkin jalur jadi berputar sedikit — bahkan perlu singgah darurat di pelabuhan lain dulu. Tapi yang pasti, titik akhir pelabuhan tidak berubah. Kru-kru kapal dapat gaji tetap. Peluang gagal rendah, tapi — jika hanya

Mengingat Agile adalah sebuah pola pikir, salah kaprah jika berpikir Agile semata-mata mengganti jabatan seseorang dari Product Manager ke Product Owner ataupun memasang embel-embel 'perusahaan kami menerapkan Agile' di lowongan kerja agar terlihat edgy di mata calon pekerja. Tidak ada hal baru dari Agile sebenarnya. Secara umum Agile itu menghasilkan sebuah produk berdasarkan kebutuhan klien dengan dikerjakan oleh tim yang bisa mengorganisir dirinya sendiri. Tim ini lebih baik diisi orang dari berbagai bidang jadi masing-masing bisa menyumbangkan ide segar dari hal yang mereka memang kuasai. Sebenarnya Agile itu adalah metode sederhana untuk tujuan tepat sasaran entah itu diterapkan di dalam bidang : HRD (saya latihkan kepada WWF Indonesia) Marketing (sudah dilatihkan di BRI Life) Tentu saja tim Engineering (sudah dilatihkan di RSCM, Idemia, Polygon) Dilatihkan saja sebenarnya tidak cukup, harus ada orang-orang yang terus menerus memelihara can mengawasi cara kerja Agile ini tetap dapat berjalan di sebuah perusahaan. Mengapa? Saya menemukan beberapa tantangan menerapkan

Agile alias tangkas saat ini sering digunakan sebagai solusi dalam pengembangan program. Awalnya Manajemen Tangkas atau lebih dikenal dengan Agile Management disusun beberapa orang yangberkumpul untuk memecahkan masalah pengembangan software yang lebih baik. Mengapa mereka akhirnya berkumpul? Karena awalnya software dikerjakan dengan metode tradisional yang mana seringkali software developer seringkali menjadi sering ditekan. Dari situ terlahirlah sebuah pakta yaitu Agile Management. Walaupun pembuat awal adalah software developer, sebenarnya dasar pemikiran Agile Management adalah berdasar tindakan LOGIS yang dilakukan manusia dalam menghadapi sebuah permasalahan. Jadi prinsip LOGIS ini tidak terbatas pada pengembangan software saja, tapi juga ke pengelolaan managemen umum. Sebelum terburu-buru mengubah menjadi Agile, sebenarnya ada hal yang perlu diperhatikan: Training for Executive. Pemimpin perusahaan sudah siap untuk berubah dan belajar apa itu Agile Management. Dari situ, para senior ini perlu sampai di titik apakah perbedaan manajemen yang lama dengan

Seorang teman mengaku kalau panjang Sprint-nya tidak konsisten. Dia bilang normalnya satu minggu, tapi kadang bisa lebih beberapa hari. Masalahnya, perusahaan dia mengaku pakai Scrum. Sementara Scrum Guide mewajibkan panjang Sprint yang konsisten. "Lalu kenapa memang Scrum bilang 'konsisten' lebih baik?". Jawabannya penting diketahui, agar tidak bertaklid pada Scrum Guide. Jadi, kenapa? Ada banyak alasan. Tapi yang paling utama adalah: Melatih estimasi tim developer agar lebih akurat. Pihak bisnis ingin sekali punya DT yang bisa akurat estimasinya. Dengan begitu, mereka jadi lebih PD dalam mengambil peluang bisnis & membuat deal-deal dengan pihak luar. Apakah berarti DT-nya tinggal jadi super pesimis & kasih 'buffer' sebanyak-banyaknya? Jadi, kalau selesai lebih cepat bisa main game diam-diam? Tentu tidak. DT wajib kerja optimal 8 jam sehari sesuai kontrak, namun tetap akurat estimasinya. Bagaiman Sprint yang konsisten bisa membantu? 1. Melatih DT untuk mengukur kapasitas mereka per-X-minggu Karena di setiap awal Sprint

Pusing dengan Scrum? Ingin coba sebuah bingkai kerja Agile yang super simpel? Buat saja sebuah papan Kanban. Caranya mudah. Pertama, bayangkan langkah-langkah pekerjaan Anda—dari awal sampai akhir. Sekedar contoh, berikut langkah-langkahnya jika pekerjaannya membuat software: deciding (meriset apakah dari sisi bisnis sebuah fitur layak disegerakan), detailing (mendetailkan fitur apa yang diinginkan bisnis), developing (membuat fitur), acceptance testing (pengujian akhir sebelum rilis), deploying (rilis). Setelah dipetakan, buat sketsa papannya di kertas terlebih dahulu. Lalu. coba tentukan mana-mana saja yang waktu pengerjaannya bisa sebentar dan satu langkah. Dalam contoh ini, kita menilai hanya 'deploying' yang memenuhi kriteria tersebut. Karna selain 'deploying' dirasa tidak sebentar dan lebih dari satu langkah, buat garis pembagi di masing-masing kolom. Isi dengan 'in progress' dan 'done'—atau istilah lain yang berkesuaian. Buat aturan main seperti berikut: Perbarui papan kanban secara real-time. Masukan kartu ke 'in progress' hanya jika akan langsung dikerjakan. Artinya, jika satu

Ini adalah hukum alam: permintaan fitur hampir selalu melebihi kapasitas produksi developer. Artinya, seorang Product Owner (PO) harus bisa menolak, dan membuat paham & tenang orang-orang yang permintaannya ditolak. Bagaimana? Ada banyak cara, tapi yang utama adalah transparansi Product Backlog (PB). Contoh Kasus Anda adalah pimpinan tim entri data di perusahaan. Sekarang adalah awal bulan. Tim Anda punya target  A di setiap akhir bulan. Dengan cara manual saat ini, tim Anda butuh waktu kurang lebih dua minggu untuk menyelesaikan target A—masih sangat aman sebenarnya. Muncul ide fitur baru, yang bisa mempersingkat pengerjaan target A dari 2 minggu menjadi 3 hari. Setelah dihitung-hitung, Anda butuh fitur X, selesai selambat-lambatnya di petengahan minggu kedua bulan ini. Kenapa? Karena jika ternyata ada masalah, masih ada minggu ketiga & keempat untuk entri data dengan cara lama. Anda datang ke PO, beliau menolak. Sebelum Anda melobi, PO menunjukkan PB