Contoh Kasus Pentingnya Transparansi Product Backlog ke Stakeholder

Ini adalah hukum alam: permintaan fitur hampir selalu melebihi kapasitas produksi developer.

Artinya, seorang Product Owner (PO) harus bisa menolak, dan membuat paham & tenang orang-orang yang permintaannya ditolak.

Bagaimana? Ada banyak cara, tapi yang utama adalah transparansi Product Backlog (PB).

Contoh Kasus

  • Anda adalah pimpinan tim entri data di perusahaan.
  • Sekarang adalah awal bulan. Tim Anda punya target  A di setiap akhir bulan. Dengan cara manual saat ini, tim Anda butuh waktu kurang lebih dua minggu untuk menyelesaikan target A—masih sangat aman sebenarnya.
  • Muncul ide fitur baru, yang bisa mempersingkat pengerjaan target A dari 2 minggu menjadi 3 hari.
  • Setelah dihitung-hitung, Anda butuh fitur X, selesai selambat-lambatnya di petengahan minggu kedua bulan ini. Kenapa? Karena jika ternyata ada masalah, masih ada minggu ketiga & keempat untuk entri data dengan cara lama.
  • Anda datang ke PO, beliau menolak. Sebelum Anda melobi, PO menunjukkan PB ke Anda.
  • Di sana, Anda bisa melihat antrian pekerjaan developer beberapa bulan ke depan.
  • Di dua pekerjaan teratas, terdapat angka yang menggambarkan nilai bisnis dari tiap pekerjaan.
  • Nilai bisnis dari fitur X sendiri adalah 1/3 total gaji bulanan tim Anda. (1/3 dari 7 hari kerja yang dihemat, dibagi 21 hari kerja per-bulan).
  • Terlihat kalau pekerjaan developer dua minggu ke depan lebih bernilai dibanding fitur X.
  • Anda siap menjelaskan ke tim entri data, bahwa masih-kerja-manual-selama-7-hari-di-bulan-ini, memang langkah yang terbaik buat perusahaan.

I was part of Agile Campus. Now focusing on something else outside of agile space.

POST A COMMENT